MASTINI DAN PERPUSTAKAAN NEGERI

Oleh:
Arrial Thoriq Setyo Rifano

Mastini Hardjoprakoso dan Presiden Soeharto

Bertepatan dengan Hari Pustakawan Nasional pada tanggal 7 Juli 2023, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) meluncurkan buku yang mengisahkan kiprah Kepala PNRI pertama, Mastini Hardjoprakoso, yang berjudul “Mastini Hardjoprakoso Memorial Peletak Fondasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia”. Peluncuran buku ini juga bertepatan dengan peringatan 100 (seratus) tahun Mastini Hardjoprakoso (7 Juli 1923-7 Juli 2023). Buku ini merupakan memorabilia yang didasarkan pada arsip kantor PNRI atau dokumen yang diperoleh selama perjalanan karier Mastini.

Buku setebal 385 halaman ini terdiri dari 10 (sepuluh) bab dan 2 (dua) lampiran yang mengisahkan perjalanan hidup dan kiprah Mastini dalam dunia kepustakawanan, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Masa di Solo (Surakarta), Bab III Kepala Perpustakaan Museum Pusat, Bab IV Kepala Perpustakaan Nasional Depdikbud, Bab V Kepala Perpustakaan Nasional RI, Bab VI Di Mata Pegawai dan Kolega, Bab VII Beberapa Penghargaan, Bab VIII Purna Bhakti, Bab IX Penutup, Bab X Daftar Bacaan, Lampiran I Perjuangan Mendirikan Perpustakaan Nasional di Indonesia, dan Lampiran II Arsip Surat/Surat Keputusan.

Mastini lahir pada tanggal 7 Juli 1923 di Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah. Kedua orang tuanya masih memiliki hubungan dengan Keraton Mangkunegaran. Ia menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Siswo School Solo, kemudian di Huishoudschool (setara dengan sekolah keguruan putri), dan Frobel Kweekschool (sekolah guru taman kanak-kanak (TK)). Meski berlatarbelakang pendidikan guru TK, pengalaman kerja pertamanya justru sebagai guru sekolah rakyat (sekarang sekolah dasar). 

Pada tahun 1950, Mastini pindah ke Jakarta. Ia melanjutkan pekerjaannya sebagai guru TK dan sempat menjadi penulis pada Kwartir Pandu Rakyat Indonesia. Pada tahun 1953, Mastini bekerja di Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) yang awalnya merupakan lembaga swasta Belanda, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sebagai asisten perpustakaan. Pada perkembangannya, LKI kemudian diserahkan kepada pemerintah, dengan unit pelaksana yaitu Museum Pusat. Pada tahun 1967, Mastini diangkat menjadi Kepala Bagian Perpustakaan Museum Pusat. Ditengah kesibukannya, ia masih sempat mengajar pada Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Dikemudian hari, ia dipercaya sebagai Kepala Perpustakaan Museum Pusat.

Seiring waktu, sebagai pegawai negeri, ia pun memasuki batas usia pensiun. Namun dengan penundaan masa pensiun, membuatnya dapat diangkat sebagai Kepala Perpustakaan Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan hingga akhirnya sebagai Kepala PNRI (1989-1998). Masa kerjanya yang setiap lima tahun diperpanjang dan lamanya jabatan yang ia emban menjadikannya sebagai kepala PNRI "terlama". Pada akhirnya, ia mengundurkan diri dari jabatannya, antara lain karena "... ada yang menyerang pribadi bahwa telah terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) selama kepemimpinan beliau." (Kamil, 2019) Mastini meninggal dunia di Jakarta pada tahun 2017.

Hidup Mastini boleh dikatakan unik. Ia mengawali karirnya sebagai guru namun pensiun sebagai kepala sebuah lembaga negara non-departemen yang bertanggungjawab kepada presiden. Ia sendiri tidak memiliki ijazah S-1, namun dapat mengenyam dan lulus pendidikan tingkat master (S-2) dalam ilmu perpustakaan di University of Hawaii pada tahun 1972. Pada saat menempuh studi, ia menulis kertas kerja yang berjudul “The Need of National Library in Indonesia". Kertas kerja ini menunjukkan bahwa sejak lama pemikiran untuk mendirikan perpustakaan nasional telah timbul, dibicarakan, dan dipersiapkan tetapi tak kunjung menjadi kenyataan.

Lebih dari sekadar kenangan tentang sosok kepala PNRI pertama, buku ini dapat menjadi referensi bagi generasi muda tentang sosok pemimpin yang profesional dan memiliki semangat kerja yang tinggi yang mampu bekerja dibawah tekanan dan dapat mengonsolidasikan anak buah dari berbagai latar belakang. Salah satu penyusun merupakan anak buah dan kolega Mastini sejak tahun 1978, sehingga buku ini disusun oleh orang yang “setiap hari mendengar, melihat, memperhatikan, membaca” perasaan dan pengalaman Mastini dengan didukung referensi yang kaya dalam bentuk dokumen dan arsip. Selain itu, para penyusunnya juga melakukan napak tilas, khususnya di daerah Surakarta, tempat kelahiran dan masa remaja Mastini. Namun, adanya salah ketik serta masih adanya catatan-catatan yang seharusnya ada pada proses editing, malah ikut tercetak (seperti pada halaman 120) sehingga membuat buku ini kurang nyaman dibaca. Perlu dilakukan revisi pada edisi selanjutnya. Selebihnya, buku ini dapat menjadi model penulisan live history seorang tokoh yang bisa diikuti oleh penulis lainnya.


IDENTITAS BUKU
Judul: Mastini Hardjoprakoso Memorial Peletak Fondasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Penyusun: Supriyanto, Prita Wulandari, dan Rosy Ardriyani
Penerbit: Perpusnas Press
Tahun terbit: 2023
Kota Terbit: Jakarta
Jumlah halaman: xv, 385 halaman; 15 x 21 cm
ISBN: 978-623-313-817-8, 978-623-313-818-5 (PDF)

Komentar

Postingan Populer